TRENDING NOW


Ide Islam Nusantara merupakan gagasan untuk mengkerdilkan makna Islam. Seakan-akan Islam dipandang sebagai produk budaya sehingga mesti mengalami dekontruksi nilai-nilai keuniversalannya. 
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pembela Ahlu Sunnah (PAS) Jawa Barat, Ustadz Syarif Hidayat, M.Pdi.
"Sejatinya, Islam sangat berbeda dengan agama-agama kultur yang berkembang di tanah air kita ini. Jika Hindu, misalnya, dapat dipribumisasi sehingga lahir Hindu Bali yang amat berbeda ajarannya dengan Hindu Bollywood, maka Islam takkan pernah mengalami perbedaan ajaran di manapun dan kapanpun, karena Islam rahmat bagi seluruh alam," katanya kepada voa-islam.com, Jumat (19/06), seraya mengutip firman Allah surat al-Anbiya ayat 107.
...ide pribumisasi Islam dalam konteks kemoderenan kali pertama dicetuskan dan diaplikasikan di Negeri Turki pada awal paruh pertama abad XX yang lalu oleh Kemal Attaturk
Keberkahan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, menurut Ustadz Syarif, bukan hanya diperuntukkan bagi umat manusia, bahkan bangsa Jin pun ‘menikmati’ agama Islam dengan seluruh aspek ajarannya. Dan mereka tidak pernah ‘protes’ kenapa al-Qur’an, umpamanya. Dan mereka (bangsa Jin) tidak pernah pula menggugat kenapa Nabi pembawa ajaran Islam itu bukan dari bangsa mereka sendiri.
"Bangsa Jin malah betul-betul menerima Islam dengan lapang dada dan sampai saat ini belum kita dengar mereka melakukan jinisasi ajaran Islam, seperti bisa dilihat dalam surat al-Ahqof ayat 29-30," ujarnya.
Sebenarnya, lanjut Ustadz Syarif, ide pribumisasi Islam dalam konteks kemoderenan kali pertama dicetuskan dan diaplikasikan di Negeri Turki pada awal paruh pertama abad XX yang lalu oleh Kemal Attaturk, sampai-sampai saat itu semua symbol Islam diganti dengan budaya local dan Eropa, termasuk adzan harus dikumandangkan dalam bahasa Turki.
"Jadi, hemat ana, ide ISLAM Nusantara  ini bukan ‘barang baru’ tetapi ‘barang usang’ yang seharusnya tidak tercetus dari pemimpin kita di negeri ini. Kenapa kita tidak pernah bercermin pada sekularisasi ajaran Islam di Turki yang pada akhirnya mereka sendiri merindukan kembali pada nilai-nilai yang sebenarnya sebagaimana yang pernah diturunkan kepada Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam," papar Ketua Pemuda Persis Jabar ini.
"Padahal, penamaan agama ini dengan nama Islam sendiri adalah anugerah termahal yang khusus diberikan kepada Nabi penutup, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara ajaran-ajaran Nabi sebelumnya hanya dinisbatkan kepada Nabinya masing-masing. Demikian sebagian pendapat ulama," tambahnya.
Karena itu, ide Islam Nusantara menurut Ustadz Syarif merupakan ide kesiangan dan hanya pengjiplakan sekularisasi Turki yang sudah tidak laku lagi. Jangankan ajarannya diperkosa menjadi bernuansa Nusantara dan terkesan local, malah pembacaan al-Qur’an dengan lagam Jawa pun kita sepakat akan ‘kengawurannya’. Apalagi kalau adzan dengan lagam dan bahasa Jawa. Nilai-nilai keindonesiaan saja tidak mau dijawanisasi, apalagi Islam.
Biarkan Islam dengan bahasa Arabnya, sebab bahasa Arab itu bukan hanya bahasa di dunia ini saja, melainkan penduduk akhirat kelak dan penghuni-penghuni Surga pun berbahasa Arab, bukan berbahasa Nusantara
"Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah menjalankan saja UUD ‘45 dengan sebaik-baiknya dan tidak perlu menlontarkan ide-ide aneh ke tengah-tengah masyarakat yang seakan sudah sakit melihat gelagat pemimpinnya yang hanya bisa menaikkan harga sembako dan tak mampu memberi kesejahteraan sebanarnya kepada masyarakat," ujarnya.
ISLAM Nusantara "Barangkali kita sudah lelah dengan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi social, maka jangan pula kami dipusingkan dengan gagasan keagamaan kami. Apa kami harus ‘diperkosa’ dalam semua hak kami. Tolonglah, wahai pemimpin bangsa, berbuatlah dan bertuturlah dengan bijaksana! Bila Anda belum mampu menyejahterakan rakyat dengan sebenarnya, maka jangan ajaran kami diacak-acak. Biarkan Islam dengan bahasa Arabnya, sebab bahasa Arab itu bukan hanya bahasa di dunia ini saja, melainkan penduduk akhirat kelak dan penghuni-penghuni Surga pun berbahasa Arab, bukan berbahasa Nusantara. Wallahu a’lam!," pungkas mahasiswa doktoral UIKA Bogor. [syahid/voa-islam.com]
Oleh : Zulkarnain El-Madury
SEJARAH ASYURA : Ajaran Syiah bukanlah ajaran ahlul bait sebagaimana klaim kelompok syiah Imamiyah yang gigih memperjuangkan hak hak Persia, mereka silih beerganti generasi tidak pernah bosa menyuarakan Persiara Raya abad sepanjang masa. Generasi generasi mereka terus berjuang menambatkan harapan melalu tipu Muslihat dan kelicikan mencuci otak pengikutnya dengan sentimen ahlul bait.

Hati siapa yang tidak akan marah kalau ada yang menyakiti ahlul bait Rasulullah ?. sudah pasti semua umat Islam akan melampiaskan amarahnya kepada siapa saja yang menghina atau memaki Ahlul bait, meskipun maksudnya menurut selera Iran. Terbukti dalam tulisan dan atturat Iran telah membungkam semua pemeluk syiah untuk tanduk pada kekaisaran Persia, meskipun bukan lagi bernama persia. Buktinya sebagai berikut
Bukti Dendam Persia


روى ابن عياش في المقتضب، عن الحسين بن علي بن سفيان البزوفري ، عن محمد بن علي بن الحسن البوشنجاني، عن أبيه، عن محمد بن سليمان، عن أبيه، عن النوشجان بن البودمردان، قال: لما جلى الفرس عن القادسية وبلغ يزدجرد بن شهريار ما كان من رستم وإدالة العرب عليه وظن أن رستم قد هلك والفرس جميعا وجاء مبادر وأخبره بيوم القادسية وانجلائها عن خمسين ألف قتيل، خرج يزدجرد هاربا في أهل بيته ووقف بباب الايوان، وقالالسلام عليك أيها الايوان ! ها أنا ذا منصرف عنك وراجع إليك، أنا أو رجل من ولدي لم يدن زمانه ولا آن أوانه.قال سليمان الديلمي: فدخلت على أبي عبد الله عليه السلام فسألته عن ذلك وقلت لهما قوله: ” أو رجل من ولدي “فقال: “ذلك صاحبكم القائم بأمر الله عز وجل السادس من ولدي قد ولده يزدجرد فهو ولده
انتهىكتاب بحار الأنوار للمجلسي – الجزء 51 – الصفحة 164 – طبعة مؤسسة الوفاء – بيروت لبنان- الطبعة الثانية 1403هـ – 1983م
Ketika orang-orang Persia harus kalah di Al-Qadisiyyah (Irak) dan Yazdgerd Ibn Shahryar (raja Kekaisaran Persia yaitu kerajaan Sassania Majusi / Zoroastrian dan kerajaan yang penindas) diberitahu tentang kekalahan  itu dan  Jendral Rustum ditangkap, Yazdgerd berpikir bahwa Rustum dan  semua orang-orang Persia binasa,  sehingga seseorang  memberi tahu padanya tentang perang  Al-Qadisiyyah dan hilangnya 50.000  tentara Majusi, melawan Sahabat yang jumlahnya kecil!). Akibatnya , Yazgerd lari  ke keluaraganya  dan berdiri di depan gerbang Al-Iwan (istananya) sambil berkata:
"Salam sejahtera, hai Iwan! Di sinilah saya akan meninggalkan Anda dan kelak  saya akan bertemu dengan Anda lagi disini , saya atau  keturunan saya [...]. Sulayman Al-Dulaimi masuk mendatangi  Abi Abdillah (Imam Al-Shadiq) dan menanyakan kepadanya tentang hal itu. Saya bertanya kepadanya: 'Apa maksud perkataan (Yazdgerd III) dengan "pria keturunan saya"? Lalu Imam Al-Sadiq menjawab: 'Tidak ada yang lain kecuali satu yang akan muncul (Imam Mahdi Syiah) dengan kehendak Allah, keturunan keenam dari  ayahku, Yazgerd telah memberinya kelahiran tentangnya , dia adalah milik  ayah'. (Bihar Al-Anwar, jilid 51, hal 164)       
Ini fakta yang bicara, bahwa dendam Persia sangat lekat dengan gendang perang terhadap umat Islam. Mahdi yang dimaksudkan, kalau rata rata di baca dalam kitab kitab Syiah sama hanya dengan PEMBUNUH, PEMBANTAI DAN HAUS DARAH, CITA CITANYA MENGHABISI SEMUA ORANG ARAB, NABI MUHAMMADPUN AKAN DIJADIKAN BUDAK OLEH MEREKA. 
Fakta yang tidak dapat di Dustakan Dari Kitab Biadab Syiah : 


عن أبي عبد الله عليه السلام أنه قال: اتق العرب فان لهم خبر سوء أما إنه لم يخرج مع القائم منهم واحد
لغيبة للنعماني ص254  بحار الأنوار 52 
Dari Abi Abdullah ‘alahissalam, Ia berkata : Wahai bangsa arab , wasapadalah kalian, karena ada berita buruk pada kalian, tidak seorangpun yang akan lepas dari tangan Mahdi Syiah. [Kitab Ghaibah oleh Nu’mani  Jilid 52 hal. 254]. 
Ini jelas bukan Imam Mahdi , rasis benar, karena Arab yang ditujuh, kalau Imam mahdinya Allah tak akan Rasis seperti ini. Jelas ini nyanyian orang orang mabuk Persia.
أن المنتظر يسير في العرب بما في الجفر الأحمر، وهو قتلهم
المجلسي في بحار الأنوار 52/
“bahwa Imam Mahdi [Syiah] itu akan keliling di tengah tengah orang orang arab dan menghabisi mereka”. [ Al Majlisi dalam Bihar al Anwar Jilid  52/318.  
Wow........ini lebih dari sekedar Nazi jerman yang anti Yahudi, kalau bukan muatan kebencian Persia kepada Rasulullah dan orang Arab, jelas tidaklah mungkin ada Imam Mahdi seperti orang Gila.
Jelas sekali PERSIANYA, anti arab. Padahal dahulu, Persia adalah Negeri para orang orang sombong, rasis, menganggap orang kecil terhadap bangsa lain. Lihatlah tabiat Syiah di seluruh dunia, wataknya watak penjajah, yang memang haus darah.
عن الصادق (عليه السلام): ما بقي بيننا وبين العرب إلا الذبح وأومى بيده إلى حلقه.
بحار الأنوار 52/349غيبة النعماني: 155  باب13
                                                                
“ Dari Iam Shadiq : Tidak tersisa antara kami dan orang Arab meliankan BANYAK LEHER YANG DI POTONG POTONG hingga sekitarnya dengan tangannya. [ Bihar Anwar 52/ 349. Ghaibah an-Nu’maniyah bab 13 hal. 155.
Ini kalau bukan manusia Rasis Persia saiapa lagi, masihkan kita akan membiarkan Syiah ada di Indonesia, sebelum terlambat...syiah harus di Gusur dari Indonesia .
Kitab Bencana Terhadap Islam
Sayyid Tayib Musawi Al-Jazairy menulis mengomentari al Qummi sebai berikut :


ولكن الظاهر من كلمات غيرهم من العلماء والمحدثين المتقدمين منهم والمتأخرين القول بالنقيصة كالكليني والبرقى، والعياشي والنعماني، وفرات بن ابراهيم، واحمد بن ابى طالب الطبرسي صاحب الاحتجاج والمجلسى، والسيد الجزائري، والحر العاملي، والعلامة الفتوني، والسيد البحراني وقد تمسكوا في اثبات مذهبهم بالآيات والروايات التى لا يمكن الاغماض عنها والذي يهون الخطب ان التحريف اللازم على قولهم يسير جدا مخصوص بآيات الولاية.


SEJARAH ASYURA : Tetapi yang jelas perkataan lainnya dari ulama ulama, Ahlul Hadits Syiah terdahulu dan sesudahnya diantara mereka yakin Bahwa Al Quran nyata berkurang. , seperti


Kulayni,
 al barqy,
al Iyasy,
an-Nu’many,
Furat bin Ibrahim,
Ahmad bin Abu at-Thabarsy penulis kitab Ihtijaj,
Al Majlisi ,
Sayyid al Jazairy ,
 al Hur al Amily,
Al- alamah al Futuny
dan Sayyid al bahrany,


mereka telah berpegang teguh dengan menetapkan mazhab mereka yang tidak mungkin tidak dipalingkan, yaitu perkataan adanya tahrif  yang wajib atas perkatan mereka, terutama sekali masalah ayat ayat Wilayah [ yang dibuang ].

Itulah tuduhan mereka tentang Quran, bahwa ayat ayat Allah dalam Quran sudah ada yang berkurang terutama ayat ayat wilayah.
Mengapa Ali tidak menjelaskan kalau memang ada ayat wilayah ?

Penterjemah Zulkarnain Elmadury
Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari no. 1297 dan Muslim no. 165)



SEJARAH ASYURA : 10 Muharram adalah hari yang sangat fenomenal. Bagaimana tidak, pada hari itu manusia terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah pengikut sejati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada hari ini mereka berpuasa dengan ditambahkan satu hari sebelumnya sebagaimana petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya:



وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, “Puasa ‘Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

Juga dalam riwayat lain mengenai Puasa Tasu’a 9 Muharram.

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ  إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِع قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم

“Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) dan beliau memerintahkan untuk berpuasa padanya, maka para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau begitu tahun depan in syaa Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan (juga).” Ibnu ‘Abbas berkata, belum sampai tahun depan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah wafat.” (HR. Muslim no. 1134)

Mereka adalah orang-orang yang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka adalah umat Muslim, mereka adalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Kemudian kelompok kedua adalah orang yang mengaku mencintai Ahlul Bait akan tetapi pengakuan itu hanyalah dusta dan omong kosong belaka. Pada hari Asyura ini mereka membangkang kepada perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menyiksa diri mereka dengan cara menampar-nampar wajah mereka, dada mereka dan melukai tubuh mereka dengan senjata tajam hingga tubuh mereka berlumuran darah. Mereka adalah umat Syi’ah yang sesat menyesatkan dengan berbagai sektenya mulai dari Imamiyah atau Rafidhah, Ismailiyah, Houtsiyah, Nushiriyah dan lainnya.

Berikut ini adalah kesesatan-kesesatan Syi’ah yang dilakukan pada hari Asyura 10 Muharram.

1.       Pembangkangan Terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


Setiap hari Asyura, umat Syi’ah biasa merayakannya dengan menyiksa diri mereka hingga berdarah-darah sebagai wujud kesedihan mereka terhadap peristiwa terbunuhnya Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma di padang Karbala. Padahal hal ini sangatlah dilarang keras oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ

“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari no. 1297 dan Muslim no. 165)

Juga sabda beliau yang lain mengenai bentuk ratapan yang berlebihan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ

“Wanita yang meratapi mayat apabila tidak bertaubat sebelum meninggalnya, maka kelak di hari kiamat dia akan diberdirikan dengan memakai pakaian panjang dari termbaga yang meleleh dan pakaian dari kudis.” (HR . Muslim no. 934)

Sungguh keras sekali ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang yang meratap dengan berlebihan yaitu kelak di hari kiamat dia akan diberdirikan dengan menggunakan pakaian panjang dari tembaga yang meleleh dan pakaian dari kudis. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang wanita yang berteriak-teriak karena ratapan:

فَاحْثُ فِي أَفْوَاهِهِنَّ التُّرَابَ

“Taburkan pasir di mulut-mulut mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 1305 dan Muslim no. 935)

            Sungguh ratapan yang dilakukan oleh Umat Syi’ah adalah suatu kesesatan yang nyata dan merupakan bentuk pembangkangan terhadap perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan orang-orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah adalah bukan termasuk golongan kami (Umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), lalu golongan siapa???

2.       Tasyabbuh (menyerupai) orang-orang Kafir dalam Ritual Ibadah Mereka


Salah satu kebiasaan orang-orang kafir adalah meratapi kematian seseorang dengan memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti foto-foto di bawah ini:


Foto-foto diatas adalah ritual yang dilakukan oleh orang-orang Kafir Nasrani di Filipina dalam memperingati penyaliban Nabi Isa ‘alaihis salam yang menurut mereka dibunuh dengan cara disalib. Mungkin sekilas melihat foto-foto tersebut, pikiran kita akan berfikir ‘mungkin itu orang Syi’ah’, padahal bukan, mereka adalah orang-orang kafir Nasrani, bisa jadi di belahan penjuru dunia lain pun mereka melakukan hal yang sama seperti ini. Kita tidak bisa memastikan mana yang terlebih dahulu melakukan ritual Jahiliyah ini. Seandainya orang-orang kafir Nasrani yang mendahului, maka jelas Umat Syi’ah tasyabbuh kepada mereka. Akan tetapi jika umat Syi’ah yang pertama mendahului perbuatan jahiliyah ini, maka jelas poin pertama sudah mencukupi untuk menjelaskan kesesatan mereka.

            Mengenai tasyabbuh (menyerupai) orang-orang Kafir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”. ( HR. Abu Dawud no. 4031)

3.       Melakukan Bid’ah yang Sangat Menyesatkan



Umat Syi’ah meyakini bahwa ritual Jahiliyah mereka dengan menyiksa diri ini merupakan bentuk ibadah terbaik sebagai wujud nyata kecintaan mereka terhadap Ahlul Bait. Namun sayang semua itu hanyalah prasangka mereka saja. Ritual ini sangat Jahil sekali, tak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya, bahkan dari kalangan Ahlul Bait sendiri, Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma pun yang mereka ratapi tidak pernah mencontohkan bahkan memerintahkan mereka untuk meratapi kematiannya. Mereka tertipu oleh tidu daya Iblis laknatullah yang sangat luar biasa ini.


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قُل هَل نُنَبِّئُكُم بِٱلأَخسَرِينَ أَعمَٰلًا ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعيُهُم فِي ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَا وَهُم يَحسَبُونَ أَنَّهُم يُحسِنُونَ صُنعًا

“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi [18] : 103-104)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)

Dan suatu kepastian adalah bahwasanya Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma yang mereka ratapi kematiannya akan berlepas diri dari kejahilan mereka pada hari kiamat kelak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَقَالَ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُواْ لَو أَنَّ لَنَا كَرَّة فَنَتَبَرَّأَ مِنهُم كَمَا تَبَرَّءُواْ مِنَّا كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ ٱللَّهُ أَعمَٰلَهُم حَسَرَٰتٍ عَلَيهِم وَمَا هُم بِخَٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ

“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. Al-Baqarah [2] : 167)

4.       Cinta Palsu yang Zhalim


Zhalim adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Mengapa umat Syi’ah dikatakan memiliki cinta palsu yang zhalim? Jika bukti cinta Ahlul Bait adalah dengan merayakan pesta kematian Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma dengan ritual jahiliyah ini, maka Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu lebih berhak dengan ritual ini daripada putranya Sayyidina Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma. Karena beliau lebih utama dari kedua putranya. Beliau telah dijanjikan surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kedudukan beliau layaknya kedudukan Nabi Harun ‘alaihis salam disisi Nabi Musa ‘alaihis salam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:

أنْتَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُوْنَ مِنْ مُوْسَى، إِلاَّ أَنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي

“Engkau di hadapanku ibarat Harun di hadapan Musa, hanya saja tidak ada lagi nabi sesudahku.” (HR. Al-Bukhari no. 4416 dan Muslim no. 2404)

Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu jauh lebih afdhal (utama) dari Hasan dan Husain radhiyallahu ‘anhum. Beliau juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Akan tetapi, mereka tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari berkabung layaknya hari kematian Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma yang mereka peringati. Bukankah ini bentuk kezhaliman yang sangat besar, karena mereka memuja-muji Husain melebihi ayahnya, sang Khalifah?

            Bahkan yang lebih parah adalah mengapa mereka tidak merayakan hari wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan penghulu anak cucu Adam di dunia dan di akhirat? Inilah hujjah yang tidak bisa dibantah, bahwasanya kecintaan mereka adalah palsu dan zhalim. Dan bentuk wujud kecintaan mereka yang palsu dan zhalim itu adalah melakukan perbuatan yang jahil yaitu dengan menyiksa diri mereka.

5.       Pemalsuan Sejarah dan Pengkhianatan


Umat Syi’ah mengatakan bahwa yang membunuh Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma dan saudara-saudaranya di padang karbala adalah Yazid bin Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhuma. Sungguh ini adalah kedustaan yang sangat besar. Semua tahu bahwa yang membunuh mereka adalah orang-orang Kuffah yang berkhianat kepada Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma. Bahkan yang melakukan eksekusi pembunuhannya adalah orang-orang yang dahulunya adalah Syi’ahnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu di perang Shiffin yaitu Ubaidillah bin Ziyad, Amr bin Dzi Al-Jausyan, dan Sinan bin Anas. Untuk lebih jelasnya mengenai Syahidnya Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma bisa dilihat di artikel Syahidnya Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma di Padang Karbala.

            Bahkan riwayat-riwayat Syi’ah pun mengetahui hal tersebut. Simaklah riawayat-riwayat Syi’ah dibawah ini:

Ayatullah Al-Uzhma Muhsin Al-Amin berkata: “Kemudian Husain dibai’at oleh 20.000 orang dari penduduk Irak dan mereka semua menipunya, mereka keluar sedang bai’at ada di leher mereka, maka mereka pun membunuhnya.” (A’yan Asy-Syi’ah, Jilid 1 hal. 34)

Kemudian Imam Husain bin Ali ‘alaihis salam mendo’akan kehancuran untuk Syi’ahnya: “Ya Allah, jika Engkau beri mereka kenikmatan sampai waktu yang telah ditentukan, maka pecahkanlah mereka menjadi sekte-sekte, jadikanlah jalan mereka berbeda-beda, dan janganlah Engkau jadikan para pemimpin manapun ridha terhadap mereka. Sesungguhnya mereka mengundang kami untuk membela kami, kemudian mereka berkhianat dan memerangi kami.” (Kasyf Al-Ghummah, Jilid 2 hal. 18)

            Kemudian perhatikanlah wasiat Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma dibawah ini:

Imam Husain ‘alaihis salam berwasiat kepada saudarinya Zainab: “Wahai saudariku tercinta, saya bersumpah di depanmu, maka tunaikanlah sumpahku! janganlah kau merobek-robek baju (karena kematianku), janganlah kau memukul wajah, jangan pula berteriak-teriak dengan kata-kata (sungguh celakalah kami..merugilah kami).” (Al-Mustadrak Al-Wasa’il, Jilid 1 hal. 144)

Lihatlah wasiat Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma diatas, “Janganlah kau merobek-robek baju (karena kematianku), janganlah kau memukul wajah, jangan pula berteriak-teriak dengan kata-kata (sungguh celakalah kami..merugilah kami).” Lalu kenapa Syi’ah justru melakukan itu? Ini sungguh suatu pengkhianatan kepada wasiat beliau.

            Cukuplah kesesatan Syi’ah menjadi pelajaran bagi kita umat Islam untuk lebih berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala apabila kita ditimpa musibah. Sabar adalah solusi, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Bukannya melakukan tindakan jahiliyah seperti meratap dengan berlebihan hingga menyiksa diri seperti yang dilakukan oleh Umat Syi’ah. Wallahu a’lam. Semoga Bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Artikel: Sharingseputarislam.com
SEJARAH ASYURA : Pesta Duka di Hari Asyura , Pada Hari ‘Asyura, orang-orang Syiah meyakininya sebagai hari sial yang membawa celaka.

Sejak awal bulan Muharram (bahkan selama sebulan penuh) mereka tidak melakukan hal-hal penting di rumah, seperti tidak bermusafir, tidak melakukan pernikahan, tidak berhias, tidak memakai pakaian yang baik, tidak memakan makanan yang enak dan lain-lain.

Bahkan anak yang lahir di bulan Muharram mereka yakini bernasib sial.

Secara khusus, pada hari ‘Asyura, mereka melakukan ritual yang amat mengerikan dengan menyeksa diri dengan benda-benda keras dan tajam.

Semangat untuk menyakiti dan melukakan tubuh sendiri semakin membuak dengan rangsangan sya’ir-sya’ir kisah terbunuhnya Husain bin ‘Ali di Karbala.

Kisah tersebut diselimutkan dengan berbagai pembohongan serta cacian terhadap para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
Syiah Menganggap itu Sebagai Ibadah

Bahkan dalam kitab Syiah sendiri disebutkan,

إن اللطم والتطبير ولبس السواد في عاشوراء والنياحة من أعظم القربات للحسين بل هذه الأفعال من الأعمال الممدوحة

“Sesungguhnya menampar, memainkan pisau ke badan, dan mengenakan pakaian hitam di hari Asyura, juga bentuk niyahah bersedih hati saat itu merupakan di antara bentuk ibadah –pendekatan diri- dalam rangka mengenang Husain. Bahkan amalan seperti ini termasuk amalan terpuji.”

(Lihat: Fatawa Muhammad Kasyif Al Ghitho war Ruhaani wat Tibriziy wa Ghoirihim min Maroji’il Imamiyah)
Bukti kesesatan ‘Pesta Duka’ yang diamalkan oleh Syiah :

#1

Menurut Ibn Kathir, tidak dinafikan setiap Muslim berduka dan sedih ke atas pembunuhan Husin bin Ali di Karbala oleh kerana tipu daya dan muslihat orang munafiq.


Tetapi kedukaan kita tidak sampai kepada mencedarakan diri sendiri, bahka secara beramai-ramai pula sepertimana yang dilakukan oleh Syiah.

Apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah sandiwara dan berpura-pura ke atas kematian Husin RA.

Ibn Kathir mengatakan, sekalipun hendak berduka cita sedemikan rupa, Ali RA lah yang lebih layak untuk mereka tangisi kerana secara pasti darjat Ali lebih mulia dan tinggi daripada Husin.

Tetapi ternyata mereka tidak melakukan demikian. Jadi terbuktilah mereka hanya berpura-pura sedih.
#2

Allah dan Rasul  saja tidak pernah memerintahkan untuk menjadikan hari musibah para nabi atau hari kematian mereka sebagai hari berduka.

Apalagi terhadap hari kematian orang-orang yang kedudukannya di bawah mereka. Seperti para sahabat ataupun tabien.

Jadi dari sudut syariat Islam sendiri, ternyata Syiah yang menjadikan Hari Asyura sebagai hari berduka; yang mana mereka anggap sebagai salah satu bentuk ibadah adalah sesat dan tidak mempunyai dalil sekalipun.

#3

Nabi Muhammad secara jelas telah menghalang seseorang Muslimm itu, daripada berdukacita yang melampau sehingga merosakkan diri sendiri.

Rasulullah telah menerangkan hukum menyeksa diri atas peristiwa musibah yang menimpa seseorang dalam hadis berikut ini:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ

“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah”

[HR. al-Bukhari dan Muslim]
#4

Perbuatan mencela, menghina dan memfitnah para sahabat merupakan antara perkara yang tidak selayaknya dilakukan oleh seorang Muslim.

Ini kerana, Nabi sendiri telah melarang dengan tegas umatnya mencela para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum:

لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ

“Jangan kalian mencela para sahabatku. Seandainya salah seorang kalian mengimfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan sampai (nilainya) segegam (pahalanya) salah seorang mereka dan tidak pula separuhnya” [HR. al-Bukhari dan Muslim]