Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari no. 1297 dan Muslim no. 165)
SEJARAH ASYURA : 10 Muharram adalah hari yang sangat fenomenal. Bagaimana tidak, pada hari itu manusia terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah pengikut sejati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada hari ini mereka berpuasa dengan ditambahkan satu hari sebelumnya sebagaimana petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya:
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ. قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, “Puasa ‘Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Juga dalam riwayat lain mengenai Puasa Tasu’a 9 Muharram.
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِع قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
“Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) dan beliau memerintahkan untuk berpuasa padanya, maka para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau begitu tahun depan in syaa Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan (juga).” Ibnu ‘Abbas berkata, belum sampai tahun depan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah wafat.” (HR. Muslim no. 1134)
Mereka adalah orang-orang yang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka adalah umat Muslim, mereka adalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Kemudian kelompok kedua adalah orang yang mengaku mencintai Ahlul Bait akan tetapi pengakuan itu hanyalah dusta dan omong kosong belaka. Pada hari Asyura ini mereka membangkang kepada perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menyiksa diri mereka dengan cara menampar-nampar wajah mereka, dada mereka dan melukai tubuh mereka dengan senjata tajam hingga tubuh mereka berlumuran darah. Mereka adalah umat Syi’ah yang sesat menyesatkan dengan berbagai sektenya mulai dari Imamiyah atau Rafidhah, Ismailiyah, Houtsiyah, Nushiriyah dan lainnya.
Berikut ini adalah kesesatan-kesesatan Syi’ah yang dilakukan pada hari Asyura 10 Muharram.
1. Pembangkangan Terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Setiap hari Asyura, umat Syi’ah biasa merayakannya dengan menyiksa diri mereka hingga berdarah-darah sebagai wujud kesedihan mereka terhadap peristiwa terbunuhnya Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma di padang Karbala. Padahal hal ini sangatlah dilarang keras oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari no. 1297 dan Muslim no. 165)
Juga sabda beliau yang lain mengenai bentuk ratapan yang berlebihan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
“Wanita yang meratapi mayat apabila tidak bertaubat sebelum meninggalnya, maka kelak di hari kiamat dia akan diberdirikan dengan memakai pakaian panjang dari termbaga yang meleleh dan pakaian dari kudis.” (HR . Muslim no. 934)
Sungguh keras sekali ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang yang meratap dengan berlebihan yaitu kelak di hari kiamat dia akan diberdirikan dengan menggunakan pakaian panjang dari tembaga yang meleleh dan pakaian dari kudis. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang wanita yang berteriak-teriak karena ratapan:
فَاحْثُ فِي أَفْوَاهِهِنَّ التُّرَابَ
“Taburkan pasir di mulut-mulut mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 1305 dan Muslim no. 935)
Sungguh ratapan yang dilakukan oleh Umat Syi’ah adalah suatu kesesatan yang nyata dan merupakan bentuk pembangkangan terhadap perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan orang-orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah adalah bukan termasuk golongan kami (Umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), lalu golongan siapa???
2. Tasyabbuh (menyerupai) orang-orang Kafir dalam Ritual Ibadah Mereka
Salah satu kebiasaan orang-orang kafir adalah meratapi kematian seseorang dengan memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti foto-foto di bawah ini:
Foto-foto diatas adalah ritual yang dilakukan oleh orang-orang Kafir Nasrani di Filipina dalam memperingati penyaliban Nabi Isa ‘alaihis salam yang menurut mereka dibunuh dengan cara disalib. Mungkin sekilas melihat foto-foto tersebut, pikiran kita akan berfikir ‘mungkin itu orang Syi’ah’, padahal bukan, mereka adalah orang-orang kafir Nasrani, bisa jadi di belahan penjuru dunia lain pun mereka melakukan hal yang sama seperti ini. Kita tidak bisa memastikan mana yang terlebih dahulu melakukan ritual Jahiliyah ini. Seandainya orang-orang kafir Nasrani yang mendahului, maka jelas Umat Syi’ah tasyabbuh kepada mereka. Akan tetapi jika umat Syi’ah yang pertama mendahului perbuatan jahiliyah ini, maka jelas poin pertama sudah mencukupi untuk menjelaskan kesesatan mereka.
Mengenai tasyabbuh (menyerupai) orang-orang Kafir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”. ( HR. Abu Dawud no. 4031)
3. Melakukan Bid’ah yang Sangat Menyesatkan
Umat Syi’ah meyakini bahwa ritual Jahiliyah mereka dengan menyiksa diri ini merupakan bentuk ibadah terbaik sebagai wujud nyata kecintaan mereka terhadap Ahlul Bait. Namun sayang semua itu hanyalah prasangka mereka saja. Ritual ini sangat Jahil sekali, tak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya, bahkan dari kalangan Ahlul Bait sendiri, Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma pun yang mereka ratapi tidak pernah mencontohkan bahkan memerintahkan mereka untuk meratapi kematiannya. Mereka tertipu oleh tidu daya Iblis laknatullah yang sangat luar biasa ini.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُل هَل نُنَبِّئُكُم بِٱلأَخسَرِينَ أَعمَٰلًا ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعيُهُم فِي ٱلحَيَوٰةِ ٱلدُّنيَا وَهُم يَحسَبُونَ أَنَّهُم يُحسِنُونَ صُنعًا
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi [18] : 103-104)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Dan suatu kepastian adalah bahwasanya Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma yang mereka ratapi kematiannya akan berlepas diri dari kejahilan mereka pada hari kiamat kelak. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَقَالَ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُواْ لَو أَنَّ لَنَا كَرَّة فَنَتَبَرَّأَ مِنهُم كَمَا تَبَرَّءُواْ مِنَّا كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ ٱللَّهُ أَعمَٰلَهُم حَسَرَٰتٍ عَلَيهِم وَمَا هُم بِخَٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. Al-Baqarah [2] : 167)
4. Cinta Palsu yang Zhalim
Zhalim adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Mengapa umat Syi’ah dikatakan memiliki cinta palsu yang zhalim? Jika bukti cinta Ahlul Bait adalah dengan merayakan pesta kematian Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma dengan ritual jahiliyah ini, maka Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu lebih berhak dengan ritual ini daripada putranya Sayyidina Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma. Karena beliau lebih utama dari kedua putranya. Beliau telah dijanjikan surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kedudukan beliau layaknya kedudukan Nabi Harun ‘alaihis salam disisi Nabi Musa ‘alaihis salam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:
أنْتَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُوْنَ مِنْ مُوْسَى، إِلاَّ أَنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي
“Engkau di hadapanku ibarat Harun di hadapan Musa, hanya saja tidak ada lagi nabi sesudahku.” (HR. Al-Bukhari no. 4416 dan Muslim no. 2404)
Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu jauh lebih afdhal (utama) dari Hasan dan Husain radhiyallahu ‘anhum. Beliau juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Akan tetapi, mereka tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari berkabung layaknya hari kematian Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma yang mereka peringati. Bukankah ini bentuk kezhaliman yang sangat besar, karena mereka memuja-muji Husain melebihi ayahnya, sang Khalifah?
Bahkan yang lebih parah adalah mengapa mereka tidak merayakan hari wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan penghulu anak cucu Adam di dunia dan di akhirat? Inilah hujjah yang tidak bisa dibantah, bahwasanya kecintaan mereka adalah palsu dan zhalim. Dan bentuk wujud kecintaan mereka yang palsu dan zhalim itu adalah melakukan perbuatan yang jahil yaitu dengan menyiksa diri mereka.
5. Pemalsuan Sejarah dan Pengkhianatan
Umat Syi’ah mengatakan bahwa yang membunuh Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma dan saudara-saudaranya di padang karbala adalah Yazid bin Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhuma. Sungguh ini adalah kedustaan yang sangat besar. Semua tahu bahwa yang membunuh mereka adalah orang-orang Kuffah yang berkhianat kepada Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma. Bahkan yang melakukan eksekusi pembunuhannya adalah orang-orang yang dahulunya adalah Syi’ahnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu di perang Shiffin yaitu Ubaidillah bin Ziyad, Amr bin Dzi Al-Jausyan, dan Sinan bin Anas. Untuk lebih jelasnya mengenai Syahidnya Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma bisa dilihat di artikel Syahidnya Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma di Padang Karbala.
Bahkan riwayat-riwayat Syi’ah pun mengetahui hal tersebut. Simaklah riawayat-riwayat Syi’ah dibawah ini:
Ayatullah Al-Uzhma Muhsin Al-Amin berkata: “Kemudian Husain dibai’at oleh 20.000 orang dari penduduk Irak dan mereka semua menipunya, mereka keluar sedang bai’at ada di leher mereka, maka mereka pun membunuhnya.” (A’yan Asy-Syi’ah, Jilid 1 hal. 34)
Kemudian Imam Husain bin Ali ‘alaihis salam mendo’akan kehancuran untuk Syi’ahnya: “Ya Allah, jika Engkau beri mereka kenikmatan sampai waktu yang telah ditentukan, maka pecahkanlah mereka menjadi sekte-sekte, jadikanlah jalan mereka berbeda-beda, dan janganlah Engkau jadikan para pemimpin manapun ridha terhadap mereka. Sesungguhnya mereka mengundang kami untuk membela kami, kemudian mereka berkhianat dan memerangi kami.” (Kasyf Al-Ghummah, Jilid 2 hal. 18)
Kemudian perhatikanlah wasiat Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma dibawah ini:
Imam Husain ‘alaihis salam berwasiat kepada saudarinya Zainab: “Wahai saudariku tercinta, saya bersumpah di depanmu, maka tunaikanlah sumpahku! janganlah kau merobek-robek baju (karena kematianku), janganlah kau memukul wajah, jangan pula berteriak-teriak dengan kata-kata (sungguh celakalah kami..merugilah kami).” (Al-Mustadrak Al-Wasa’il, Jilid 1 hal. 144)
Lihatlah wasiat Imam Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma diatas, “Janganlah kau merobek-robek baju (karena kematianku), janganlah kau memukul wajah, jangan pula berteriak-teriak dengan kata-kata (sungguh celakalah kami..merugilah kami).” Lalu kenapa Syi’ah justru melakukan itu? Ini sungguh suatu pengkhianatan kepada wasiat beliau.
Cukuplah kesesatan Syi’ah menjadi pelajaran bagi kita umat Islam untuk lebih berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala apabila kita ditimpa musibah. Sabar adalah solusi, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Bukannya melakukan tindakan jahiliyah seperti meratap dengan berlebihan hingga menyiksa diri seperti yang dilakukan oleh Umat Syi’ah. Wallahu a’lam. Semoga Bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Artikel: Sharingseputarislam.com